Senin, 31 Maret 2014

FanFiction Super Junior [Tittle:The Bubble Girl] [Genre:Fantasy,Romance and Sad]


Hy ^^ ini FF ke-4 saya,, sebenernya udah lama saya bikin FF ini,, tapi baru sekarang bisa posting,, silahkan membaca ^^
Tittle : The Bubble Girl
Main Cast : Lee Donghae (Super Junior), Lee Hye Ra
Genre : Fantasy,Romance and Sad
Author : @Sintaa_ELF407

            Ramainya taman yang sedang Donghae kunjungi, membuatnya semakin bersemangat memulai kegiatannya, ia mulai mengeluarkan alat-alat lukis yang sedari tadi ia bawa, dibawah pohon yang rindang dan kuas yang ada di tangannya Donghae memperhatikan sekitarnya, memikirkan lukisan apa yang sebaiknya ia buat. Sampai ia melihat banyak gelembung yang terbang mengarah kepadanya, dan akhirnya ia memutuskan untuk melukis gelembung itu dengan objek seorang wanita yang tengah memakai pakaian kimono, dengan rambut tergurai panjang, sedang meniup gelembung dari atas bukit dengan posisi badan berdiri dibawah pohon yang hijau ditemani dengan kupu-kupu yang berterbangan
Saat ia hendak melukis, kanvas yang ia bawa terkena lemparan bola yang membuatnya kotor. "Aishh !, siapa yang mengganggu hari baikku ini". Donghae mengucapkan hal itu sangat pelan. Agar orang yang menendang bola itu datang kepadanya, namun orang itu lari meninggalkan Donghae yang sibuk mengambil kanvasnya yang jatuh.
***
            Donghae memutuskan untuk melukis diapartementnya saja dibandingkan ditaman itu. Ia merbahkan badannya di atas kasur sambil memikirkan sisa kanvas yang ia punya, ia berjalan menuju gudang yang berada disebelah apartementnya, sambil menutup hidungnya agar tidak menghirup debu yang berterbangan di gudang itu, Donghae terus mencari kanvas yang tersisa sampai akhirnya ia menemukan satu kanvas yang masih sangat bagus terletak di sebelah lemari yang tidak terpakai. Ia mengambilnya dan membawa kanvas itu masuk kedalam apartementnya.
***
            "semuanya sudah siap". Donghae mulai melukis di teras apartementnya yang mengarah langsung kesinar matahari pagi yang hangat. Tangannya merasa ada yang kurang alat lukis yang sangat pokok untuk melukis. "aaa.. Iya, kuas ku mana". Langkah kaki Donghae mengarah menuju ruang tamu, itu tempat terakhir Donghae meletakkan kuasnya. Matanya terus memandangi ruang tamu itu, sampai akhirnya ia melihat kuasnya berada diatas sofa, Donghae ragu-ragu menggunakan kuas itu, ia terus mengingat bentuk kuas yang ia punya. "aa iya, rasanya kuas ku itu berwarna biru, tapi, kenapa sekarang warna merah. Biarlah yang penting sekarang ada kuas".
`           Donghae kembali menuju teras rumahnya, ia mulai melukis apa yang sedari tadi ada dipikirannya. Donghae merasa ada yang aneh, tangannya seperti melukis apa yang ada dipikirannya dengan cepat dan bebas hanya 3 menit, biasanya Donghae melukis selama 15 menit. Donghae hanya bisa heran menatap kuas yang ia pengang. "wow.. Kuas apa ini". Pikiran Donghae teralih saat ia lupa membubuhkan nama serta tanda tangannya di pojok bawah lukisannya, yang merupakan ciri khas lukisannya serta memberi nama wanita yang ada lukisannya itu dengan nama Lee Hye Ra. "sudah siap".
            Dengan perasaan senang Donghae menganggkat lukisannya tersebut tinggi-tinggi. Dan lukisan itu dibawa kekamarnya untuk dipajang. "Jeongmal areumdapta, Donghae-ya, kau memang sangat pintar melukis". Dengan pakaian penuh cat, Donghae berkacak pinggang melihat lukisannya sambil membanggakan dirinya.
***
            Tidak seperti biasanya Donghae bangun tengah malam, tapi suara seorang yang tengah tertawa gembira membangunkannya, Donghae berjalan pelan-pelan menuju asal suara itu, tepat di sebelahnya. Donghae perlahan mendekatkan telinganya ke lukisan itu. "apa.. Apa suara itu dari sini ?". Tiba-tiba badannya itu masuk kedalam lukisan dua dimensi itu, yang membuat tangannya memegangi kepalanya yang sedikit sakit. "a-aku di mana, sepertinya ini aku pernah melihat tempat ini, tapi dimana ?". Perlahan kaki Donghae berjalan yang membawa badannya menelusuri tempat yang indah itu.
            Suara orang tertawa itu kembali terdengar di telinga Donghae, perlahan ia berjalan menelusuri semak-semak yang ada disetiap langkahnya, sampai ia melihat seorang wanita tengah meniup gelembung ditemani kupu-kupu yang berterbangan mengitarinya. Melihat ada seorang manusia disana Donghae pergi mendekati wanita itu. "permisi, nuna, apa nuna tahu ini dimana ?". Wanita itu yang tadinya tengah meniup gelembung, menoleh ke arah suara itu. Dengan sigap wanita itu berlari kebelakang pohon yang ada disebelahnya. Donghae yang merasa tidak berbuat salah mencoba mendekati wanita itu. "nuna, nuna aku hanya numpang tanya". Perlahan wanita yang memakai pakaian kimono itu menunjukan setengah wajahnya dari belakang pohon. "nuguya ?". "oo ne, choneun Lee Donghae imnida". Donghae kemudian menjulurkan tangannya kewanita yang masih bersembunyi di belakang pohon itu.
            Wanita itu perlahan berjalan menuju Donghae dengan kepala tertunduk dan menjabat tangan Donghae. "ne, choneun Lee Hye Ra". "Hye Ra ?". "ne Lee Hye Ra". Donghae seperti pernah mendengar nama itu, tapi ia lupa, nama siapa itu. "oo iya, ini tempat apa ?". "ini di sebuah bukit". "bukan itu maksud saya, ini tempat apa ?, apa namanya ?, apa ini dijepang ?". "jepang ?, itu tempat apa". "apa kamu benar-benar tidak tahu ?". Dengan polosnya wanita itu menggelengkan kepalanya. "tapi kamu memakai kimono pakaian khas jepang". Donghae lalu memegangi kepalanya yang merasa pusing akibat ini semua.                                                          Rasa pusingnya itu sedikit hilang saat ia melihat Hye Ra menangis. "Hey ,, Hye Ra-sshi kenapa kamu nagis ?". "saya minta maaf, saya benar-benar tidak tahu ini tempat apa, yang saya tahu ini tempat saya bermain". Donghae merasa bersalah ia bukan bermaksud membuat Hye Ra manangis. "mianhae, aku bertanyanya terlalu kasar, hmm bagaimana kalau temani aku jalan-jalan ditaman ini". Hye Ra mulai berhenti menangis, dan menatap wajah Donghae. "baik, akan aku menunjukan tempat ini". Hye Ra kemudian menarik tangan Donghae dengan gembira, mereka asyik bermain gelembung yang sabunnya itu tidak pernah habis,mereka tertawa bersama sambil ditemani kupu-kupu.
            Seketika tawa mereka berhenti, saat tiba-tiba tangan Donghae memegangi kepalanya yang teramat sangat pusing dan kakinya tidak kuat menopang tubuhnya lagi dan akhirnya Donghae terjatuh diatas rumput yang lebat itu Hye Ra hanya bisa bersimpuh  mencoba membangunkan Donghae.
***
            Sinar matahari yang masuk kekamar Donghae membangunkannya dari tidurnya, tangannya berusaha menghalangi sinar matahari yang terkena wajahnya, tiba-tiba Donghae kembali merasakan pusing yang teramat sakit, namun itu hanya sebentar. "tadi itu mimpi ?, atau nyata ?". Tangannya terus mengucek-ucek matanya karena tidak percaya apa yang ia lihat, lukisan yang ada disebelahnya berbeda dengan apa yang Donghae lukis terakhir kali, seingat Donghae terakhir kali wanita yang ada di lukisan itu dalam posisi berdiri, namun yang ia lihat sekarang wanita itu tengah bersimpuh sedih.
            "Ya ! Sebenarnya ada apa ini". Donghae merasa bingung apa hal yang sangat menyenangkan tadi nyata, tapi bagaimana bisa, Donghae hanya pelukis biasa yang sangat mencintai seni, tidak lebih dari itu, tapi semua kejadian semalam tadi membuatnya senang sekaligus bingung. "ok, ok, Donghae-ya hal itu tidak perlu kau pikirkan, semalam itu pasti hanya mimpi, sekarang aku harus siap-siap mengajar". Perlahan Donghae menarik nafas dan bergegas mandi kemudian melakukan aktifitas hariannya mengajar murid-murid disekolahnya sebagai guru lukis.
***
            Malam menjelang, Donghae berbaring di atas tempat tidurnya, ia belum memejamkan matanya, ia terus saja menatap langit-langit kamarnya, ia merasa cemas, rasa sakit itu kembali lagi jika ia bermimpi bertemu dengan wanita yang bernama Hye Ra itu. Donghae terus mengubah-ubah posisi tidurnya agar bisa tidur nyenyak dan tidak bermimpi kejadian semalam, meskipun menyenangkan bisa bermain, tertawa dan bersenang-senang tapi ia lebih memilih menjauhi rasa itu, ketimbang ia juga harus merasakan rasa sakit kepala yang sangat teramat sakit itu menyerangnya lagi.
            "Ya ! Aku tidak bisa tidur". Hal itu membuat Donghae berjalan kedapur untuk mengambil segelas air, tanpa sengaja ia mengeluarkan air yang sudah ada di mulutnya, saat ia mendengar suara tangisan seorang wanita yang tidak asing ditelinganya tengah memanggil-manggil namanya. Dengan langkah yang cepat Donghae segera menuju kamarnya dan menatap lukisan yang ada dihadapannya sekarang, dengan langkah ragu-ragu Donghae mencoba menyentuh lukisan itu. Dengan cepat Donghae berteleportasi ke tempat dua dimensi itu.
***
            Rasa sakit yang sangat tidak Donghae inginkan kembali menyerang kepalanya. "ah.. Tempat ini lagi". Donghae yang baru saja hendak mencari wanita itu, ingin meminta penjelasan mengenai semua ini, namun ia dikejutkan oleh Hye Ra, yang langsung memeluknya dari belakang, sambil menangis tanpa alasan yang diketahui Donghae. "Donghae-sshi jangan pergi lagi, jebal". "mwo ?". Perlahan Hye Ra melepas pelukannya kemudian menarik tangan Donghae untuk melalukan hal yang sama seperti saat pertama mereka bertemu.
***
            Seperti kemarin mereka bermain sambil ditemani kupu-kupu yang selalu ada di sana, Hye Ra terus saja memainkan gelembungnya yang memiliki bentuk berbeda-beda, dan membiarkan Donghae melihatnya saja sambil terkagum-kagum. "Hey.. Hye Ra-sshi". Perlahan Hye Ra berhenti meniup gelembungnya dan ikut duduk disebelah Donghae yang nampak sudah duduk deluan di bawah pohon itu. "ne ada apa Donghae-sshi". "maaf kalau aku bertanya mengenai hal ini lagi, tapi aku harus menanyakannya". Perkataan Donghae terhenti saat ia benar-benar memperhatikan raut wajah Hye Ra yang sangat serius ingin mendengar pertanyaan Donghae.
            Perlahan Donghae menarik nafasnya dalam-dalam saat hendak menanyakan sesuatu yang tidak kuat ia tahan dimulutnya  "apa kau sudah tahu ini tempat apa ini ?, aku berfikir bahwa tidak mungkin kamu tidak tahu ini tempat apa". Hye Ra merasa bersalah telah membohongi Donghae dari awal sebenarnya Hye Ra tahu itu tempat apa, dengan menyesal Hye Ra memberitahu semua itu. Donghae yang merasa dibohongi oleh ciptaannya sendiri merasa kecewa, Hye Ra tidak tahu sakit kepala yang sangat sakit itu sering menyerang kepalanya akibat ia menembus ruang dua dimensi itu.
            Dengan sangat kesal Donghae meninggalkan Hye Ra yang mengejarnya pelan sambil meminta maaf. Namun langkah Donghae dan Hye Ra terhenti ketika Donghae kembali memegangi kepalanya yang sangat sakit itu.
***
            Dengan pakaian penuh keringat Donghae bangun dari tidurnya. "jadi, tadi itu bukan mimpi". Donghae mulai mengepalkan tangannya dan melempar bantal yang ada disebelahnya kedepan cermin yang berisi bayangan dari wajah Donghae sendiri. "pabo,, neomu neomu pabo, sebenarnya tadi itu untuk apa aku pergi ke tempat itu lagi, yang hanya bisa membuat kepalaku sakit saja, dan juga hatiku".
***
            Sudah hampir tiga minggu Donghae tidak menembus ruang dua dimensi yang tidak mungkin bisa di tembus, Sejak kejadian itu Donghae memutuskan untuk meletakkan lukisan itu digudang. Ia tidak tahu mengapa ia marah kepada Hye Ra, apa karena Hye Ra hanya berbohong kepada Donghae yang hanya sanggup dipertahankan Hye Ra selama dua hari saja, sebenarnya Donghae bukanlah orang seperti itu, ia sering memberi kesempatan kedua kepada orang-orang yang berbuat salah padanya.
            Namun tidak dengan Hye Ra, ia tidak tahu kenapa, Donghae hanya kenal dengan Hye Ra selama dua hari tapi Hye Ra telah menganggap Donghae sebagai teman baiknya, namun tidak dengan Donghae ia menganggap lebih dari Hye Ra, Donghae hanya tinggal sendiri di kota Seoul yang padat, sejak kehadiran Hye Ra hidupnya terasa berbeda tidak sama seperti dulu.
***
            Di sebuah kafe Donghae terus memikirkan wajah terakhir Hye Ra padanya. "hey.. Donghae-ya neomu pabo-ya,, untuk apa aku memikirkan wanita yang baru sebentar aku kenal". Tiba-tiba jantung Donghae berdetak kencang entah kenapa, detaknya semakin tidak beraturan. "Hye Ra". Dengan cepat Donghae berlari keapartementnya, dan menuju gudang di sebelah apartementnya ia sibuk mencari lukisan yang sebenarnya lukisan yang sangat berharga baginya. Tangannya tidak berhenti membersihkan debu yang melekat di lukisan itu, dengan langkah yang panjang Donghae segera kekamarnya meletakkan lukisan itu kembali di tempat pertama Donghae memajangnya. Kini nafasnya semakin tidak beratur, Donghae ragu-ragu ingin menembus ruang dua dimensi itu lagi, dengan menarik nafas perlahan-lahan Donghae menyentuh lukisan itu yang membuatnya masuk kedalamnya.
***
            "Pabo, kenapa aku tidak bisa menahan diriku, kenapa aku masih memikirkan wanita itu ?, hah..". Donghae mulai berlari mencari Hye Ra, namun itu terhenti ketika sakit kepala itu kembali, namun kali ini Donghae berusaha menahannya, ia terus berlari sambil menahan rasa sakit di kepalanya itu. Langkahnya terhenti saat ia melihat Hye Ra berdiri memandang langit di depannya sambil terus meminta maaf kepada Donghae. "Hye Ra-ya". Hye Ra yang mendengar suara tidak asing ditelinganya itu menoleh ke arah suara. Dan mulai berlari menuju Donghae yang juga sedang berlari menuju Hye Ra. "Donghae-ya mianhae". "anio, seharusnya aku yang minta maaf". Mereka berdua saling tidak melepas pelukan mereka.
            Akhirnya penantian Hye Ra selama ini berakhir, ia selalu berdoa agar Donghae mau kembali ketempat ini dan memaafkannya. Untuk melepas kerinduan yang lama terpendam dihati Hye Ra dan Donghae mereka melakukan kegiatan yang sering mereka lakukan ditempat itu. Sampai akhirnya air mata Hye Ra jatuh melewati pipinya yang memecah kesenangan itu. "Hey.. Hye Ra-ya kau kenapa". "a-anio, aku cuma berfikir apa kita bisa bertemu lagi". "apa maksud mu ?". Hye Ra sejenak berhenti bicara, ia menghapus air matanya yang sedari tadi menetes, dan memegang tangan Donghae lembut. "Donghae-ya.. Apa kau tahu bahwa kita hidup di dunia yang berbeda, kita tidak mungkin akan terus bersama bukan ?". "Hye Ra-ya, tolong jangan berbelit-belit menjelaskannya, aku semakin tidak mengerti". Hye Ra kemudian memegang tangan Donghae lebih erat lagi, ia tidak sanggup memberitahu semuanya ke Donghae.
            "apa kau ingat berapa menit saat itu, kau melukis ku ?". "ne, hanya 3 menit memangnya kenapa ?". "di duniamu sekarang sudah genap 3 minggu bukan ?". "ne, sejak aku tidak pernah ketempat ini lagi, sudah genap 3 minggu". "apa kau tau artinya apa ?". Donghae hanya menggelengkan kepalanya, ia semakin tidak mengerti maksud Hye Ra, kini tangan Donghae terus menghapus air mata yang terus melewati pipinya. "itu artinya, kita juga hanya bisa bertahan selama 3, 3 menit". "Hye Ra-ya,, apa maksud mu, jebal jelaskan lebih detail". "kini di dunia mu sudah genap 3 minggu, dan kini di duniaku sudah genap 3 menit, kita akan berpisah 5 menit lagi, sebelum di duniaku genap 3 menit".
            Donghae hanya bisa terdiam, ia harap kalimat itu tidak akan pernah keluar dari mulut Hye Ra, tapi hal itu tidak bisa Hye Ra hindari, Hye Ra tidak ingin berpisah dengan Donghae tanpa mengucapkan satu kata perpisahan. "jadi,, 5 menit lagi..". "ne Donghae-ya, semua akan kembali seperti semula, aku akan menjadi lukisan dua dimensi yang kau buat untuk selamanya". Perlahan Donghae melepas genggaman tangan Hye Ra, ia langsung memeluk erat Hye Ra dengan penuh air mata. "a-anio, aku tidak akan membiarkan itu". Hye Ra hanya bisa membalas pelukan Donghae tanpa mengucapkan satu katapun, ia tahu seberapa keras Donghae memaksa untuk mempertahankan Hye Ra disisinya, itu tidak akan cukup.
            Donghae hanya bisa terdiam melihat kupu-kupu yang sedari tadi menemani mereka menjadi transparan dan menghilang, kemudian tubuh Hye Ra mulai menjadi transparan begitu juga Hye Ra. "Donghae-ya, aku harap jika aku terlahir menjadi manusia aku ingin kau menjadi suamiku". Hye Ra berusaha tersenyum mengucapkan hal itu begitu juga Donghae ia berusaha mendengar harapan Hye Ra itu dengan senyuman ia tidak ingin jika perpisahan mereka dihiasi air mata. "dan aku akan mencintau mu lebih dulu, ingatlah itu Hye Ra". Donghae dan Hye Ra mulai mengerti semua ini, benar sekarang mungkin bukan saat mereka untuk bersama, tapi mungkin juga mereka akan hidup bersama dan bahagia di kehidupan yang akan datang. Kini Donghae dan Hye Ra saling menatap satu sama lain sambil tersenyum, Donghae masih bisa merasakan tangan Hye Ra yang lama kelamaan mulai menghilang. "Hye Ra-ya saranghae". "Nado saranghae".
            Sudah genap 3 menit di dunia Hye Ra, tubuhnya menghilang seperti gelembung yang pecah akibat sentuhan dan menghilang untuk selamanya.  Begitu juga Donghae sudah saatnya ia kembali kedunianya, kepalanya mulai terasa sakit dan pandangan di depannya menjadi kabur yang membuatnya keluar dari tempat yang menjadi kenangannya bersama Hye Ra. Mereka telah membuat janji untuk saling mencintai di kehidupan yang akan datang, Donghae dan Hye Ra akan berusaha untuk mewujudkannya.

THE END
Terima kasih sudah membaca,, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar