Hy ^^ ini FF ke-4 saya,, sebenernya udah lama saya bikin FF ini,, tapi baru sekarang bisa posting,, silahkan membaca ^^
Tittle : The Bubble Girl
Main Cast : Lee Donghae (Super Junior), Lee Hye Ra
Genre : Fantasy,Romance and Sad
Author : @Sintaa_ELF407
Ramainya taman yang sedang
Donghae kunjungi, membuatnya semakin bersemangat memulai kegiatannya, ia mulai
mengeluarkan alat-alat lukis yang sedari tadi ia bawa, dibawah pohon yang
rindang dan kuas yang ada di tangannya Donghae memperhatikan sekitarnya,
memikirkan lukisan apa yang sebaiknya ia buat. Sampai
ia melihat banyak gelembung yang terbang mengarah kepadanya, dan akhirnya ia
memutuskan untuk melukis gelembung itu dengan objek seorang wanita yang tengah
memakai pakaian kimono, dengan rambut tergurai panjang, sedang meniup gelembung
dari atas bukit dengan posisi badan berdiri dibawah pohon yang hijau ditemani
dengan kupu-kupu yang berterbangan
Saat ia hendak
melukis, kanvas yang ia bawa terkena lemparan bola yang membuatnya kotor.
"Aishh !, siapa yang mengganggu hari baikku ini". Donghae mengucapkan
hal itu sangat pelan. Agar orang yang menendang bola itu datang kepadanya, namun
orang itu lari meninggalkan Donghae yang sibuk mengambil kanvasnya yang jatuh.
***
Donghae
memutuskan untuk melukis diapartementnya saja dibandingkan ditaman itu. Ia
merbahkan badannya di atas kasur sambil memikirkan sisa kanvas yang ia punya,
ia berjalan menuju gudang yang berada disebelah apartementnya, sambil menutup
hidungnya agar tidak menghirup debu yang berterbangan di gudang itu, Donghae
terus mencari kanvas yang tersisa sampai akhirnya ia menemukan satu kanvas yang
masih sangat bagus terletak di sebelah lemari yang tidak terpakai. Ia
mengambilnya dan membawa kanvas itu masuk kedalam apartementnya.
***
"semuanya
sudah siap". Donghae mulai melukis di teras apartementnya yang mengarah
langsung kesinar matahari pagi yang hangat. Tangannya merasa ada yang kurang
alat lukis yang sangat pokok untuk melukis. "aaa.. Iya, kuas ku
mana". Langkah kaki Donghae mengarah menuju ruang tamu, itu tempat
terakhir Donghae meletakkan kuasnya. Matanya terus memandangi ruang tamu itu,
sampai akhirnya ia melihat kuasnya berada diatas sofa, Donghae ragu-ragu
menggunakan kuas itu, ia terus mengingat bentuk kuas yang ia punya. "aa
iya, rasanya kuas ku itu berwarna biru, tapi, kenapa sekarang warna merah.
Biarlah yang penting sekarang ada kuas".
` Donghae
kembali menuju teras rumahnya, ia mulai melukis apa yang sedari tadi ada
dipikirannya. Donghae merasa ada yang aneh, tangannya seperti melukis apa yang
ada dipikirannya dengan cepat dan bebas hanya 3 menit, biasanya Donghae melukis
selama 15 menit. Donghae hanya bisa heran menatap kuas yang ia pengang.
"wow.. Kuas apa ini". Pikiran Donghae teralih saat ia lupa
membubuhkan nama serta tanda tangannya di pojok bawah lukisannya, yang
merupakan ciri khas lukisannya serta memberi nama wanita yang ada lukisannya
itu dengan nama Lee Hye Ra. "sudah siap".
Dengan
perasaan senang Donghae menganggkat lukisannya tersebut tinggi-tinggi. Dan
lukisan itu dibawa kekamarnya untuk dipajang. "Jeongmal areumdapta,
Donghae-ya, kau memang sangat pintar melukis". Dengan pakaian penuh cat,
Donghae berkacak pinggang melihat lukisannya sambil membanggakan dirinya.
***
Tidak
seperti biasanya Donghae bangun tengah malam, tapi suara seorang yang tengah
tertawa gembira membangunkannya, Donghae berjalan pelan-pelan menuju asal suara
itu, tepat di sebelahnya. Donghae perlahan mendekatkan telinganya ke lukisan
itu. "apa.. Apa suara itu dari sini ?". Tiba-tiba badannya itu masuk
kedalam lukisan dua dimensi itu, yang membuat tangannya memegangi kepalanya
yang sedikit sakit. "a-aku di mana, sepertinya ini aku pernah melihat
tempat ini, tapi dimana ?". Perlahan kaki Donghae berjalan yang membawa
badannya menelusuri tempat yang indah itu.
Suara orang tertawa itu
kembali terdengar di telinga Donghae, perlahan ia berjalan menelusuri
semak-semak yang ada disetiap langkahnya, sampai ia melihat seorang wanita
tengah meniup gelembung ditemani kupu-kupu yang berterbangan mengitarinya. Melihat ada seorang manusia disana Donghae pergi mendekati wanita
itu. "permisi, nuna, apa nuna tahu ini dimana ?". Wanita itu yang tadinya
tengah meniup gelembung, menoleh ke arah suara itu. Dengan sigap wanita itu
berlari kebelakang pohon yang ada disebelahnya. Donghae yang merasa tidak
berbuat salah mencoba mendekati wanita itu. "nuna, nuna aku hanya numpang
tanya". Perlahan wanita yang memakai pakaian kimono itu menunjukan
setengah wajahnya dari belakang pohon. "nuguya ?". "oo ne,
choneun Lee Donghae imnida". Donghae kemudian menjulurkan tangannya
kewanita yang masih bersembunyi di belakang pohon itu.
Wanita
itu perlahan berjalan menuju Donghae dengan kepala tertunduk dan menjabat
tangan Donghae. "ne, choneun Lee Hye Ra". "Hye Ra ?".
"ne Lee Hye Ra". Donghae seperti pernah mendengar nama itu, tapi ia
lupa, nama siapa itu. "oo iya, ini tempat apa ?". "ini di sebuah
bukit". "bukan itu maksud saya, ini tempat apa ?, apa namanya ?, apa
ini dijepang ?". "jepang ?, itu tempat apa". "apa kamu
benar-benar tidak tahu ?". Dengan polosnya wanita itu menggelengkan
kepalanya. "tapi kamu memakai kimono pakaian khas jepang". Donghae
lalu memegangi kepalanya yang merasa pusing akibat ini semua.
Rasa pusingnya itu sedikit hilang saat ia melihat Hye Ra menangis.
"Hey ,, Hye Ra-sshi kenapa kamu nagis ?". "saya minta maaf, saya
benar-benar tidak tahu ini tempat apa, yang saya tahu ini tempat saya
bermain". Donghae merasa bersalah ia bukan bermaksud membuat Hye Ra
manangis. "mianhae, aku bertanyanya terlalu kasar, hmm bagaimana kalau
temani aku jalan-jalan ditaman ini". Hye Ra mulai berhenti menangis, dan
menatap wajah Donghae. "baik, akan aku menunjukan tempat ini". Hye Ra
kemudian menarik tangan Donghae dengan gembira, mereka asyik bermain gelembung
yang sabunnya itu tidak pernah habis,mereka tertawa bersama sambil ditemani
kupu-kupu.
Seketika tawa mereka
berhenti, saat tiba-tiba tangan Donghae memegangi kepalanya yang teramat sangat
pusing dan kakinya tidak kuat menopang tubuhnya lagi dan akhirnya Donghae
terjatuh diatas rumput yang lebat itu Hye Ra hanya bisa bersimpuh mencoba membangunkan Donghae.
***
Sinar matahari yang masuk
kekamar Donghae membangunkannya dari tidurnya, tangannya berusaha menghalangi
sinar matahari yang terkena wajahnya, tiba-tiba Donghae kembali merasakan
pusing yang teramat sakit, namun itu hanya sebentar. "tadi
itu mimpi ?, atau nyata ?". Tangannya terus mengucek-ucek matanya karena
tidak percaya apa yang ia lihat, lukisan yang ada disebelahnya berbeda dengan
apa yang Donghae lukis terakhir kali, seingat Donghae terakhir kali wanita yang
ada di lukisan itu dalam posisi berdiri, namun yang ia lihat sekarang wanita
itu tengah bersimpuh sedih.
"Ya
! Sebenarnya ada apa ini". Donghae merasa bingung apa hal yang sangat
menyenangkan tadi nyata, tapi bagaimana bisa, Donghae hanya pelukis biasa yang
sangat mencintai seni, tidak lebih dari itu, tapi semua kejadian semalam tadi
membuatnya senang sekaligus bingung. "ok, ok, Donghae-ya hal itu tidak
perlu kau pikirkan, semalam itu pasti hanya mimpi, sekarang aku harus siap-siap
mengajar". Perlahan Donghae menarik nafas dan bergegas mandi kemudian
melakukan aktifitas hariannya mengajar murid-murid disekolahnya sebagai guru
lukis.
***
Malam menjelang, Donghae
berbaring di atas tempat tidurnya, ia belum memejamkan matanya, ia terus saja
menatap langit-langit kamarnya, ia merasa cemas, rasa sakit itu kembali lagi
jika ia bermimpi bertemu dengan wanita yang bernama Hye Ra itu. Donghae terus mengubah-ubah posisi tidurnya agar bisa tidur nyenyak
dan tidak bermimpi kejadian semalam, meskipun menyenangkan bisa bermain,
tertawa dan bersenang-senang tapi ia lebih memilih menjauhi rasa itu, ketimbang
ia juga harus merasakan rasa sakit kepala yang sangat teramat sakit itu
menyerangnya lagi.
"Ya
! Aku tidak bisa tidur". Hal itu membuat Donghae berjalan kedapur untuk
mengambil segelas air, tanpa sengaja ia mengeluarkan air yang sudah ada di
mulutnya, saat ia mendengar suara tangisan seorang wanita yang tidak asing
ditelinganya tengah memanggil-manggil namanya. Dengan langkah yang cepat
Donghae segera menuju kamarnya dan menatap lukisan yang ada dihadapannya
sekarang, dengan langkah ragu-ragu Donghae mencoba menyentuh lukisan itu.
Dengan cepat Donghae berteleportasi ke tempat dua dimensi itu.
***
Rasa
sakit yang sangat tidak Donghae inginkan kembali menyerang kepalanya.
"ah.. Tempat ini lagi". Donghae yang baru saja hendak mencari wanita
itu, ingin meminta penjelasan mengenai semua ini, namun ia dikejutkan oleh Hye
Ra, yang langsung memeluknya dari belakang, sambil menangis tanpa alasan yang
diketahui Donghae. "Donghae-sshi jangan pergi lagi, jebal". "mwo
?". Perlahan Hye Ra melepas pelukannya kemudian menarik tangan Donghae
untuk melalukan hal yang sama seperti saat pertama mereka bertemu.
***
Seperti kemarin mereka
bermain sambil ditemani kupu-kupu yang selalu ada di sana, Hye Ra terus saja
memainkan gelembungnya yang memiliki bentuk berbeda-beda, dan membiarkan
Donghae melihatnya saja sambil terkagum-kagum. "Hey..
Hye Ra-sshi". Perlahan Hye Ra berhenti meniup gelembungnya dan ikut duduk
disebelah Donghae yang nampak sudah duduk deluan di bawah pohon itu. "ne
ada apa Donghae-sshi". "maaf kalau aku bertanya mengenai hal ini
lagi, tapi aku harus menanyakannya". Perkataan Donghae terhenti saat ia
benar-benar memperhatikan raut wajah Hye Ra yang sangat serius ingin mendengar
pertanyaan Donghae.
Perlahan Donghae menarik
nafasnya dalam-dalam saat hendak menanyakan sesuatu yang tidak kuat ia tahan
dimulutnya "apa kau sudah tahu ini
tempat apa ini ?, aku berfikir bahwa tidak mungkin kamu tidak tahu ini tempat
apa". Hye Ra merasa bersalah telah membohongi
Donghae dari awal sebenarnya Hye Ra tahu itu tempat apa, dengan menyesal Hye Ra
memberitahu semua itu. Donghae yang merasa dibohongi oleh ciptaannya sendiri
merasa kecewa, Hye Ra tidak tahu sakit kepala yang sangat sakit itu sering
menyerang kepalanya akibat ia menembus ruang dua dimensi itu.
Dengan
sangat kesal Donghae meninggalkan Hye Ra yang mengejarnya pelan sambil meminta
maaf. Namun langkah Donghae dan Hye Ra terhenti ketika Donghae kembali
memegangi kepalanya yang sangat sakit itu.
***
Dengan
pakaian penuh keringat Donghae bangun dari tidurnya. "jadi, tadi itu bukan
mimpi". Donghae mulai mengepalkan tangannya dan melempar bantal yang ada
disebelahnya kedepan cermin yang berisi bayangan dari wajah Donghae sendiri.
"pabo,, neomu neomu pabo, sebenarnya tadi itu untuk apa aku pergi ke
tempat itu lagi, yang hanya bisa membuat kepalaku sakit saja, dan juga
hatiku".
***
Sudah hampir tiga minggu
Donghae tidak menembus ruang dua dimensi yang tidak mungkin bisa di tembus,
Sejak kejadian itu Donghae memutuskan untuk meletakkan lukisan itu digudang. Ia tidak tahu mengapa ia marah kepada Hye Ra, apa karena Hye Ra
hanya berbohong kepada Donghae yang hanya sanggup dipertahankan Hye Ra selama
dua hari saja, sebenarnya Donghae bukanlah orang seperti itu, ia sering memberi
kesempatan kedua kepada orang-orang yang berbuat salah padanya.
Namun tidak dengan Hye Ra,
ia tidak tahu kenapa, Donghae hanya kenal dengan Hye Ra selama dua hari tapi
Hye Ra telah menganggap Donghae sebagai teman baiknya, namun tidak dengan
Donghae ia menganggap lebih dari Hye Ra, Donghae hanya tinggal sendiri di kota
Seoul yang padat, sejak kehadiran Hye Ra hidupnya terasa berbeda tidak sama
seperti dulu.
***
Di
sebuah kafe Donghae terus memikirkan wajah terakhir Hye Ra padanya. "hey..
Donghae-ya neomu pabo-ya,, untuk apa aku memikirkan wanita yang baru sebentar
aku kenal". Tiba-tiba jantung Donghae berdetak kencang entah kenapa,
detaknya semakin tidak beraturan. "Hye Ra". Dengan cepat Donghae
berlari keapartementnya, dan menuju gudang di sebelah apartementnya ia sibuk
mencari lukisan yang sebenarnya lukisan yang sangat berharga baginya. Tangannya
tidak berhenti membersihkan debu yang melekat di lukisan itu, dengan langkah
yang panjang Donghae segera kekamarnya meletakkan lukisan itu kembali di tempat
pertama Donghae memajangnya. Kini nafasnya semakin tidak
beratur, Donghae ragu-ragu ingin menembus ruang dua dimensi itu lagi, dengan
menarik nafas perlahan-lahan Donghae menyentuh lukisan itu yang membuatnya
masuk kedalamnya.
***
"Pabo,
kenapa aku tidak bisa menahan diriku, kenapa aku masih memikirkan wanita itu ?,
hah..". Donghae mulai berlari mencari Hye Ra, namun itu terhenti ketika
sakit kepala itu kembali, namun kali ini Donghae berusaha menahannya, ia terus
berlari sambil menahan rasa sakit di kepalanya itu. Langkahnya terhenti saat ia
melihat Hye Ra berdiri memandang langit di depannya sambil terus meminta maaf
kepada Donghae. "Hye Ra-ya". Hye Ra yang mendengar suara tidak asing
ditelinganya itu menoleh ke arah suara. Dan mulai berlari menuju Donghae yang juga
sedang berlari menuju Hye Ra. "Donghae-ya mianhae". "anio,
seharusnya aku yang minta maaf". Mereka berdua saling tidak melepas
pelukan mereka.
Akhirnya
penantian Hye Ra selama ini berakhir, ia selalu berdoa agar Donghae mau kembali
ketempat ini dan memaafkannya. Untuk melepas kerinduan yang lama terpendam
dihati Hye Ra dan Donghae mereka melakukan kegiatan yang sering mereka lakukan
ditempat itu. Sampai akhirnya air mata Hye Ra jatuh melewati pipinya yang
memecah kesenangan itu. "Hey.. Hye Ra-ya kau kenapa". "a-anio,
aku cuma berfikir apa kita bisa bertemu lagi". "apa maksud mu
?". Hye Ra sejenak berhenti bicara, ia menghapus air matanya yang sedari
tadi menetes, dan memegang tangan Donghae lembut. "Donghae-ya.. Apa kau tahu
bahwa kita hidup di dunia yang berbeda, kita tidak mungkin akan terus bersama
bukan ?". "Hye Ra-ya, tolong jangan berbelit-belit menjelaskannya,
aku semakin tidak mengerti". Hye Ra kemudian memegang tangan Donghae lebih
erat lagi, ia tidak sanggup memberitahu semuanya ke Donghae.
"apa
kau ingat berapa menit saat itu, kau melukis ku ?". "ne, hanya 3
menit memangnya kenapa ?". "di duniamu sekarang sudah genap 3 minggu
bukan ?". "ne, sejak aku tidak pernah ketempat ini lagi, sudah genap
3 minggu". "apa kau tau artinya apa ?". Donghae hanya
menggelengkan kepalanya, ia semakin tidak mengerti maksud Hye Ra, kini tangan
Donghae terus menghapus air mata yang terus melewati pipinya. "itu
artinya, kita juga hanya bisa bertahan selama 3, 3 menit". "Hye
Ra-ya,, apa maksud mu, jebal jelaskan lebih detail". "kini di dunia
mu sudah genap 3 minggu, dan kini di duniaku sudah genap 3 menit, kita akan
berpisah 5 menit lagi, sebelum di duniaku genap 3 menit".
Donghae hanya bisa
terdiam, ia harap kalimat itu tidak akan pernah keluar dari mulut Hye Ra, tapi
hal itu tidak bisa Hye Ra hindari, Hye Ra tidak ingin berpisah dengan Donghae
tanpa mengucapkan satu kata perpisahan. "jadi,, 5
menit lagi..". "ne Donghae-ya, semua akan kembali seperti semula, aku
akan menjadi lukisan dua dimensi yang kau buat untuk selamanya". Perlahan
Donghae melepas genggaman tangan Hye Ra, ia langsung memeluk erat Hye Ra dengan
penuh air mata. "a-anio, aku tidak akan membiarkan itu". Hye Ra hanya
bisa membalas pelukan Donghae tanpa mengucapkan satu katapun, ia tahu seberapa
keras Donghae memaksa untuk mempertahankan Hye Ra disisinya, itu tidak akan
cukup.
Donghae
hanya bisa terdiam melihat kupu-kupu yang sedari tadi menemani mereka menjadi
transparan dan menghilang, kemudian tubuh Hye Ra mulai menjadi transparan
begitu juga Hye Ra. "Donghae-ya, aku harap jika aku terlahir menjadi
manusia aku ingin kau menjadi suamiku". Hye Ra berusaha tersenyum
mengucapkan hal itu begitu juga Donghae ia berusaha mendengar harapan Hye Ra
itu dengan senyuman ia tidak ingin jika perpisahan mereka dihiasi air mata.
"dan aku akan mencintau mu lebih dulu, ingatlah itu Hye Ra". Donghae
dan Hye Ra mulai mengerti semua ini, benar sekarang mungkin bukan saat mereka
untuk bersama, tapi mungkin juga mereka akan hidup bersama dan bahagia di
kehidupan yang akan datang. Kini Donghae dan Hye Ra saling menatap satu sama
lain sambil tersenyum, Donghae masih bisa merasakan tangan Hye Ra yang lama
kelamaan mulai menghilang. "Hye Ra-ya saranghae". "Nado
saranghae".
Sudah
genap 3 menit di dunia Hye Ra, tubuhnya menghilang seperti gelembung yang pecah
akibat sentuhan dan menghilang untuk selamanya.
Begitu juga Donghae sudah saatnya ia kembali kedunianya, kepalanya mulai
terasa sakit dan pandangan di depannya menjadi kabur yang membuatnya keluar
dari tempat yang menjadi kenangannya bersama Hye Ra. Mereka telah membuat janji
untuk saling mencintai di kehidupan yang akan datang, Donghae dan Hye Ra akan
berusaha untuk mewujudkannya.
THE END
Terima kasih sudah membaca,, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar